Terlambat ke Masjid ? Mandi Saja ..


Meski cuma sepotong, ada cerita unik lainnya. Kali ini adalah mengakali peraturan.

Kita tahu, kalau berangkat ke masjid terlambat, apakah itu setelah hayya alash sholah apalagi masbuq biasanya kena hukuman. Dari yang ringan, disabet pake sajadah yang dilipat / digulung, dicambuk pakai slang, dipukul pakai stik drum, rotan, dicubit, hingga disuruh push-up. Unik kan ada hukuman dicubit. Kayak pacaran aja.

Meski demikian, tidak ada peraturan yang tidak bisa dilanggar dan tentu saja sebisa mungkin tanpa dihukum. Bila terlambat ke masjid, salah satu alasan yang bisa dipakai adalah habis mandi besar. Maklum, sebagai seorang remaja, biasa dong kalo sudah mulai mengalami mimpi.

Khususnya di waktu habis istirahat tidur, seperti shubuh dan ashar, alasan ini sangat memungkinkan dipakai. Saya beberapa kali sengaja telat dan sekalian ke kamar mandi untuk sekedar menampakkan bukti habis mandi, dilengkapi sedikit keramas-keramasan. Padahal hanya supaya tidak dihukum lha wong tadi sengaja telat. Beberapa kali pengurus asrama saya kibulin mentah-mentah dan tidak ketahuan hingga saat ini. Boleh ditiru alasannya 😀

Bulis, Nyantai di Kamar..


Sebagai santri yang kreatif, banyak celah untuk diakali. Termasuk untuk sekedar libur dari kegiatan belajar mengajar. Selain sakit, ada alasan lagi yang dilegalkan untuk tidak mengikuti kegiatan apapun di pondok. Dari kegiatan belajar mengajar, kegiatan kesantrian seperti olah raga, pramuka, muhadloroh, muhadatsah, hingga wajib jama’ah sholat ke masjid.

Udzur syar’i tersebut bernama “bulis” alias piket. Piket di sini adalah kegiatan rutin yang digilir pada sekelompok santri (biasanya antara 3 – 4 orang) di tiap gedung asrama. Tugasnya memang tidak ringan, lha wong menyapu koridor asrama yang puanjang itu dan juga ngepel. Menyapu dilakukan setiap 5 waktu sholat dan setelah kawan-kawan berangkat ke kelas untuk belajar. Sedangkan mengepel lantai dilakukan pada waktu maghrib dan shubuh.

Karena boleh tidak masuk kelas dan tidak mengikuti kegiatan lain, meski berat, jadwal bulis ini menjadi rebutan. Maklum, seharian bisa nyantai di kamar. Bolehlah ini dilakukan, sebagai hiburan di tengah kebosanan mondok yang 7×24 jam.

Parahnya, karena kawan-kawan tidak hanya tinggal dalam satu gedung asrama yang sama melainkan berlainan (ada yang di rayon 1, 2, kapatra, kagatra, bosnia, baghdad dll), pernah suatu waktu berjadwal piket bulis bersamaan. Akibatnya kelas yang harusnya berisi 48 orang hanya terisi 20 santri saja. Akhirnya jadwal bulis ini dievaluasi, gara-gara kelas saya yang tinggal sepertiga.

Macam-Macam Hukuman


Penegakan peraturan di pondok sebagai sarana membentuk disiplin perlu dilakukan dengan penuh kesadaran. Namun, kesadaran saja sepertinya masih kurang. Itulah yang ada di sistem pendidikan yang dianut. Untuk itu diperlukan sebuah upaya sistematis untuk menegakkan peraturan.

Wujudnya apa lagi kalau bukan hukuman. Jenisnya bermacam-macam, menyesuaikan dengan tingkat pelanggaran kedisiplinan yang dilakukan santri. Dari yang berupa hukuman non fisik, hingga berorientasi fisik. Mengumpulkan dan menghapalkan sejumlah ayat, hadits, kosakata baru maupun tanda tangan dari senior / kawan / ustadz adalah salah satu jenis hukuman non fisik.

Tetapi untuk hukuman fisik sangat beragam. Ada cubitan, tamparan, tendangan, pukulan, sabetan, push up, membersihkan kamar mandi, kamar pengurus, asrama, digundul, hingga dikeluarkan. Tentunya pemberian hukuman ini tergantung jenis pelanggarannya. Sebagai contoh, bagi kawan yang merokok, dihukum gundul di depan lapangan setelah sebelumnya diumumkan melalui speaker masjid setelah sholat. Ada juga yang ketahuan lompat pagar, karena pingin mencari makanan di luar yang lebih enak, atau main dingdong, nonton bioskop, hingga pulang ke rumah biasanya juga dihukum gundul.

Saya, karena memiliki famili yang kebetulan juga menjadi ustadz, beberapa kali memanfaatkan posisi ini, di antaranya untuk kemudahan izin ke luar pondok supaya tidak dipersulit atau bahkan dihukum oleh pengurus asrama. Ini nepotisme J

24 Jam Kegiatan di Pondok


Di pondok, karena sifat pendidikannya adalah 24 jam, dinamika kehidupan nyaris berdenyut tanpa henti, kecuali pada saat tidur malam. Jadwal bangun adalah seperempat jam sebelum adzan Shubuh, yang berkisar antara jam 3.30 hingga 4.15. Semuanya sudah harus bangun dan bersiap-siap untuk sholat jama’ah di masjid.

Selesai shubuhan, mengaji di masjid hingga jam 5.30, atau bila ada kegiatan muhadatsah dilakukan hingga mendekati pukul 6. Selesai dari situ, kegiatan berikutnya adalah kembali ke asrama masing-masing untuk mandi dan sarapan pagi. Terserah mana yang duluan, apakah sarapan dulu sambil antri kamar mandi. Antrian kamar mandi, uniknya dilakukan tidak ditunggui oleh calon pengguna. Namun cukup diwakili oleh gayung atau kotak sabun / peralatan mandi. Diletakkan begitu saja di depan pintu kamar mandi. Sebuah sistem yang cukup fair dan tidak diserobot, kecuali kalau memang yang sudah harus masuk ternyata belum juga kunjung tiba.

Untuk sarapan pun harus antri. Panjang antrian bervariasi, tergantung menu makanan / lauknya. Rekor terpanjang dimiliki hari selasa pagi dan sabtu pagi karena berlaukkan ayam goreng. Itu adalah top of the topnya lauk di pondok. Padahal hanya sekerat saja daging ayam potongnya. Digoreng dengan tepung ala Kentucky, dihiasi sepotong dua potong mentimun dan ditemani oleh sambel. Wuiss, rasanya sudah di surga banget. Tiap sarapan, disiapkan satu drum besar teh manis yang bisa diambil dengan gelas masing-masing (gelas membawa sendiri). Adapun piring yang digunakan adalah nampan stainless-steel ala rumah sakit karena lebih awet meski dilempar-lempar.

Jam 7, semua siswa harus sudah berada di kelas masing-masing untuk menerima pelajaran. Istirahat biasanya sekitar jam 9.30 – 10. Dan dilanjutkan lagi hingga dhuhur yang diundurkan menjadi jam 12.30. Dari situ siswa menuju masjid untuk sholat dhuhur. Selesai sholat, menuju meja dapur untuk makan siang. Lalu dilanjutkan dengan istirahat siang di kamar masing-masing.

Menjelang ashar, siswa sudah beranjak kembali menuju masjid. Dan selesai sholat, bergegas ke asrama untuk mengikuti kegiatan kesantrian yang menyesuaikan dengan jadwalnya. Ada pramuka, olah raga, muhadloroh, dan sebagainya. Kegiatan ini berakhir jam 17. Siswa segera mandi dan persiapan untuk maghriban.

Setelah maghrib, kegiatan berikutnya adalah mengaji selama sekitar setengah jam, dilanjutkan makan malam. Setelah Isya’, para siswa dianjurkan untuk belajar mandiri di kelas, meskipun tidak sedikit pula yang berada di asrama. Kegiatan ini berakhir jam 22. Lewat dari jam tersebut lampu-lampu kelas dan kamar akan dimatikan untuk menghemat energi dan mempermudah siswa beristirahat.

Jika ada kegiatan-kegiatan lain yang berkaitan dengan penegakan disiplin, biasanya dilakukan setelah sholat wajib, kecuali shubuh. Ada yang digundul setelah ashar, dan tidak jarang yang disidang hukuman setelah isya hingga tengah malam. (SON)

Berbagi di MasukITB.com


Mulanya, website ini tidak terlalu dikenal. Entah bagaimana pula saya bisa dapat link web tersebut. Dari perkenalan awal, karena saya juga sedang menggemari “berbagi pengalaman” dengan kawan-kawan, saya tertarik untuk bergabung dan menjadi kontributor kecil-kecilan.

Awal-awalnya, saya menulis tentang beberapa hal yang menarik dari dunia perkampusan, khususnya di itb yang saya alami. dari membahas dosen, hingga sedikit-sedikit menjurus pada bidang studi, hingga hal-hal lain seperti mencari kos dan mengoptimalkan penggunaan biaya hidup. Continue reading →

cerita mondok – Hukuman Gundul


Berawal dari ngobrol ngalor-ngidul dengan Adlil Umarat, akhirnya bismillah saya coba mulai tulisan ini.

Menjalani pendidikan 24 jam di pesantren selama 3 tahun membuat semakin kaya akan pengalaman sehari-hari. Dari yang biasa-biasa saja, hingga yang luar biasa. Konyol, unik, membuat mangkel, sedih, lucu. Semua bercampur aduk menjadi satu.

Pesan saya, ambillah sisi positifnya dan contoh, sementara sisi negatifnya buang saja dan jangan dipikirkan lagi. Karena itulah warna-warni hidup, ada yang terang, ada juga yang gelap.

Mulai edisi ini, secara bertahap akan dituliskan pengalaman waktu mondok, nyantri mencari ilmu bersama ribuan kawan-kawan dari segenap penjuru negeri. Kami juga mengharapkan sumbangan tulisan dari kawan-kawan yang pernah mondok atau bersimpati maupun antipati dengan dunia pondok pesantren. Selamat menikmati.

Hukuman Gundul

Di pondok, hukuman yang lazim untuk membuat efek jera bagi pelanggaran kelas sedang menuju berat adalah dengan dicukur gundul untuk santri laki-laki. Penyebab digundul bermacam-macam. Dari masalah klasik berupa merokok, lompat pagar, keluar tanpa izin, pacaran dengan santriwati, mencuri, dan pelanggaran kelas berat menengah.

Continue reading →