Tahajjud dan Kesehatan


Tulisan ini saya tayangkan berdasarkan penuturan salah seorang kolega yang kebetulan baru saya kenal beberapa bulan.

Pak Sumarno, itulah namanya. Beliau yang asli Purwodadi / Blora (saya tepatnya lupa), ini bekerja di Indonesia Power UBP Mrica. Pertengahan Februari lalu saya bertemu Pak Marno ketika kondisi kesehatan beliau drop. Setelah menempuh perjalanan darat bermobil dari Banjarnegara ke Jakarta pada ahad sore hingga senin pagi, lalu dilanjutkan senin sore ke Pekalongan dari jakarta. Untuk ukuran orang yang berusia 50 thn lebih mungkin sudah cukup melelahkan ditambah kondisi kesehatan yang tidak fit. Itu kondisi pada tengah februari silam.

Awal april ini, saya bertemu lagi dengan beliau di Mrica Banjarnegara. Ternyata kondisinya sudah berubah drastis dan “manglingi”. Pasalnya, Pak Marno yang dulunya sayu, bahkan terlihat pucat dan “kuru”, saat ini sudah berbeda jauh. Badan berisi, wajah tampak segar, dan berseri. Bahkan kata Pak Hendry yang sudah mengenal beliau cukup lama, dikatakan lebih muda 10 tahun 🙂

Setelah saya tanya rahasianya, ternyata selama satu setengah bulan terakhir, Pak SUmarno yang divonis menderita gastritis, diabetes, dan kolesterol ini menjalani ritual yang disebut dalam al-quran yang dapat menaikkan seseorang ke maqaaman mahmuuda, tempat yang terpuji. Setiap hari, beliau tidur maksimal jam 9 malam, dan jam 02.30 sudah bangun, dilanjutkan dengan tahajjud 8 rekaat dan witir 3 rekaat. Dan tetap melek terjaga sampai sholat shubuh bahkan diteruskan hingga matahari menampakkan diri di cakrawala. Ini dilakukan tanpa putus seharipun.

Ini baru satu contoh imbas positif dari tahajjud. Saya sih pingin banget bisa rutin, tetapi memang berat bangun di pagi buta, terlebih bila tidurnya terlalu larut. (SON)