Cara Menuju Bandara Soekarno Hatta Cengkareng


Ada banyak cara untuk menuju ke dalam kawasan bandara yang berkode CGK ini. Dari menggunakan mobil pribadi, rental, taksi, ojek, hingga bus Damri.
Terdapat banyak pilihan yang bisa mengantarkan kita ke bandara internasional yang sekarang sudah sangat padat.

Sebagai pengguna rutin, khususnya di tahun 2012 ini, banyak suka-duka dan cara mudah maupun sulit untuk menuju kawasan itu. Mudah, mungkin bagi yang biasa menggunakan taksi atau berlokasi dekat dengan jalur Damri. Tetapi akan merupakan sebuah tantangan bila di luar jalur itu.

Saya sehari-harinya berkantor di perempatan kuningan Gatot Subroto, daerah yang tidak dilewati Damri bandara kecuali di jalan tol-nya. Artinya sama saja tidak lewat di jalur yang bisa distop sewaktu-waktu. Dari kawasan ini, titik terdekat untuk mendapatkan damri bandara adalah di pancoran hingga gerbang tol Pancoran ke arah kuningan. Damri masih bisa distop di sini. Namun, karena jadwal yang juga jarang, serta kemungkinan terjebak kemacetan antara ruas pancoran hingga slipi, pilihan ini tidak terlalu favorit menjadi andalan, karena kurang yakin dengan waktu tempuh dan waktu untuk memperoleh Damri.

Piihan Utama

Pilihan utama, menggunakan damri yang berangkat dari Blok M dengan naik dari Senayan JCC (gerbang tol semanggi). Namun, dari beberapa kali kejadian jum’at sore yang lalu-lintasnya sangat padat, seringnya di atas jam 16, damri tidak masuk gerbang semanggi, melainkan terus ke arah slipi, dan masuk tol di gerbang ini. Padahal sudah dibela-belain turut dari busway di senayan JCC dan menyeberang lalu-lintas yang sering ramainya.

Akhirnya, rumus berubah. Piihan pertama naik dari gerbang tol Slipi, dengan harapan beruntung mendapatkan limpahan arus lalu-lintas damri dari blok M, dan yang pasti dari Lebak Bulus. Namun sayangnya dari Lebak Bulus intervalnya cukup lama dan terjebak macet hingga slipi.

Nah, alternatif yang sebenarnya sering, tetapi untung-untungan, adalah mendapat tumpangan (tidak gratis tentunya) dengan mobil pribadi. Saya pernah mengalami jumat minggu lalu. Setelah celingukan tolah-toleh mencari Damri yang tak kunjung tiba, ndilalah ditawari mobil pribadi untuk ke bandara. Ternyata ybs adalah mobil rental bandara yang baru saja menurunkan penumpang di kawasan Slipi Jaya. Alhamdulillah, dapat tumpangan, dengan membayar Rp. 20.000,- sama dengan Damri, tetapi lebih cepat sampai.

Pernah juga sebelumnya, karena terjebak di gerbang semanggi, dengan modal nekat meminta tumpangan (ikut iuran seharga tiket Damri lho) ke bandara. Ada seorang polisi yang baik hati, Pak Edy Santoso yang bersedia mengangkut saya, di tengah waktunya dia yang harus buru-buru mengejar penerbangan ke Yogyakarta.

Di lain waktu, Mas Yuni Haryanto, teman kos yang bekerja di Jawa Pos Radar Solo, pernah juga ditawari tebengan ke bandara di gerbang tol Slipi dengan tarif 20 ribu perak. Berarti di kawasan ini sudah bisa disimpulkan cukup ada alternatif menuju bandara yang bisa diandalkan.

Jalur Timur

Bila anda berasal dari jalur timur dan tidak dilalui Damri, padahal lokasi sangat strategis, seperti contohnya Cawang / UKI, berdasarkan informasi dari Pak Ghozali, alumni elektro ITB tahun 1986,ternyata terdapat juga omprengan dari depan halte BNN Cawang menuju bandara. Tarifnya, non bagasi Rp. 10 ribu, adapun dengan bagasi Rp. 20 ribu. Dari sini mobil langsung masuk tol di depan Stasiun Cawang. Sebuah alternatif unik dan membantu penumpang yang akan menuju bandara.

Saya sendiri belum tahu, wujud kendaraannya seperti apa. Mudah-mudahan bagus dan nyaman.

Cadangan Waktu

Selain angkutan, waktu yang dicadangkan untuk menuju Cengkareng juga menjadi faktor penting. Ada yang dengan berani mencadangkan hanya 1 jam, tetapi saya lebih konvensional, sebisa mungkin di atas 3 jam sebelum terbang. Pasalnya, kita tidak pernah tahu kondisi lalu-lintas di ibu kota yang serba tidak menentu. Namun tentu harapannya lalu-lintas lancar ketika kita lewat dan tidak tersendat.

Senin kemarin saya berdiskusi dengan calon penumpang yang tinggal di Bogor, karena pengalamannya ketinggalan pesawat dan harus membeli tiket lagi, ybs mencadangkan 7 jam sendiri untuk pergi dari rumahnya di Bogor menuju bandara.


Saran untuk DAMRI

Ke depannya, diharapkan Damri memperbanyak rute untuk menuju bandara. Titik yang krusial adalah kawasan Grogol, yang ternyata belum ada Damri bandara yang beroperasi di daerah ini. Padahal sangat membantu. Saya pernah kecele karena saya pikir di terminal Grogol ada damri bandara, ternyata tidak ada. Dan terpaksa harus naik taksi 😦

Jam Operasi Damri

Bus damri beroperasi kira-kira sebagai berikut :

Dari semua penjuru :
beroperasi dari jam 4.00 hingga jam 20.00 dengan interval terdekat 10 menit (gambir) dan paling lama 60 menit.
Namun ada juga yang mulai dari jam 3.30

Ke semua penjuru :
beroperasi dari jam 4.00 hingga jam 24.00 dengan interval sekitar 15 – 30 menit.
Beberapa jurusan bahkan ada yang mulai berangkat lebih awal dan pulang lebih akhir, sekitar jam 00.10 menit (Kampung Rambutan). Namun itu semua tergantung kondisi. (SON)

Bus Cepat Jagoan di Jawa


Ratusan kali naik bus, kalau boleh meringkas, ada beberapa perusahaan bus yang layak dijadikan referensi (baca : layak dicoba) karena kehandalan layanannya, terutama dari sisi waktu.

Jakarta – Solo – Wonogiri – Pacitan

Untuk kelas ekonomi dan patas, masih dipegang oleh PO Aneka Jaya yang asli dari Pacitan. Pasalnya, bus ini dikenal minim ngetem dan mampir-mampir untuk rute panjang. Mungkin pelanggan tidak mendapatkan sajian makan malam seperti bus yang lain. Tetapi dari sisi ketepatan waktu sangat layak diandalkan. Setahu saya, bus ini justru menjadi rujukan oleh penumpang wilayah Wonogiri dan Sukoharjo karena banyak pelanggan yang berasal dari daerah sana. Bus selalu berangkat antara jam 10 pagi hingga jam 11. Tidak pernah lebih. Dan sekitar jam 2 – 4 pagi sudah sampai di tujuan akhir. Armada menggunakan mesin Hino RG. Continue reading →

Hanya Transportasi di Jatim


Papan informasi keberangkatan bus di terminal Purabaya Bungurasih

PERNAH melihat papan informasi keberangkatan kendaraan seperti ini? biasanya hanya terdapat di bandara kan? Eit, ternyata anda salah. Ini ada di terminal bus. Atau ini ada di laur negri? kalo anda menganggap Jatim berada di luar negeri, anda benar. Maklum, selama ini kita mengenal public transportation yang ada di indonesia dikelola tidak maksimal. Jadi, mulailah mengubah mindset bahwa banyak perubahan2 kecil yang bisa dilakuian untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas pelayanan untuk masyarakat. Ini dibuktikan dengan sedikit sentuhan sederhana. Continue reading →

Belajar Kepada Sumber Kencono


Nama SUMBER KENCONO menjadi semakin populer. Terkenal karena menurut orang awam sering mengalami kecelakaan yang bahkan berakibat fatal. Dua terakhir adalah di by pass Mojokerto dengan korban 20-an orang termasuk pengemudi, dan di Balerejo Madiun dengan 6 penumpang meninggal.

Namun, di balik kelemahan itu, mengapa sampai hari ini perusahaan bus itu masih eksis beroperasi dan dipercaya masyarakat ? Bila dianalisis, terdapat banyak kekuatan yang sangat dikuasai SUMBER KENCONO dengan luwes nan mumpuni. Berikut ini saya mencoba menjabarkan : Continue reading →

Naik Busway Sudah Tidak Nyaman


Transjakarta yang semula digadang-gadang untuk memberikan solusi atas kemacetan di Jakarta, ternyata belum mampu menjawab permasalahan kronis ini. Permasalahan yang paling klasik adalah tidak seimbangnya antara permintaan dengan penawaran yang ada. Saya tidak tahu persis berapa angka penumpang yang diangkut setiap harinya oleh kendaraan ini. Namun, yang jelas terlihat, hampir sepanjang hari penumpang berdiri dan sering berdesakan. Sangat tidak manusiawi, mengingat falsafah dasar penciptaan kendaraan adalah agar penumpang manusia dapat duduk nyaman dari tempat asal ke tujuannya. Lha wong naik kuda saja penumpangnya duduk 🙂

Interior dan Kursi PO Haryanto Kudus
Continue reading →

Antara M1 dan Yamaha


Pengalaman punya / menggunakan dua merk motor, menjadi sebuah pengalaman berharga dan layak untuk diceritakan, meski tidak ada niat untuk mendiskreditkan salah satu merek.

Mei Tahun 2008, saya membeli motor second, dari seorang kawan. Spesifikasinya adalah M1 125 , pelek jari-jari. Buatan tahun 2005. Pada waktu itu odometer menunjukkan angka 23 ribuan km. Dan saya coba, suara masih lumayan jernih, tenaga juga cukup kuat tarikannya. Setelah ke tangan dengan bandrol 8.4 juta rupiah, motor saya pergunakan sehari-hari untuk jarak pp paling banyak 15 km per hari ke kantor. Lumayan membantu. Untuk urusan servis, saya percayakan kepada bengkel resmi. Continue reading →

Motor dan Perjalanan Madiun – Surabaya


Lama tidak nulis blog, ternyata gatel juga. Maklum, wira-wiri Surabaya – Jakarta dari tengah Juni kemarin jadi membuyarkan semua angan-angan.

Ceritanya, motor yang sudah berusia 5 tahun (beli bekas) sudah mengalami penurunan kinerja. Karena setelah dihitung-hitung resiko perawatan ke depannya dan unjuk kerja si motor pertama ini, akhirnya berkeputusan dijual saja. Padahal baru setahun mutasi ke Sidoarjo dari Jakarta dan habis sejuta lebih serta ribet banget birokrasinya. Continue reading →