Jalan-Jalan ke Banyuwangi


Bismillahirrahmaanirrahiim

Sebenarnya dikatakan jalan-jalan agak kurang tepat, karena toh traveling ini tinggal duduk, dan mayoritas dilakukan di atas bis. Maklum, sebagai pecinta perjalanan menggunakan bis, saya pingin mengetahui rute-rute yang belum terjelajah. Kali ini, yang jadi tujuan saya adalah rute Banyuwangi. Sebagai kabupaten paling timur di pulau jawa, sepertinya asyik jika kita tahu rute yang bisa dijelajahi menuju sana.

Traveling saya lakukan sabtu awal juni 2010. Start dari malang, untuk amannya saya menuju porong (sama saja dengan start dari surabaya, karena bus juga lewat porong). Jam 6.45 saya cegat bis, terpaksa yang ekonomi karena patas agak lama dan konon tidak mau dicegat di tengah jalan.

Rute perjalanan (warna ungu) berjarak tempuh 577 km:

Surabaya –> Probolinggo –> Jember –> Banyuwangi –> Situbondo –> Probolinggo –> Surabaya

Jalur Tengah (Probolinggo – Jember – Banyuwangi)

Rute yang pertama adalah menuju banyuwangi via jalur Jember. Jika naik bus ekonomi dan putus-putus (memang tidak praktis), rata2 dioper di terminal probolinggo. Sebenarnya probolinggo adalah titik pisah antara jalur tengah dengan jalur utara.

Dari surabaya – Probolinggo ditempuh paling cepat 2.5 jam dengan tarif busek (bus ekonomi) Rp. 12.000,- Tetapi bila ingin langsung jember, tarif Rp. 24rb -25rb. Namun demikian ttap saja dioper ke bis yang di depannya karena harus ngetem mnunggu giliran bus di depannya berangkat. Nggak praktis kan ? tetapi mau bagaimana lagi, lha wong ngetemnya lebih setengah jam.

Di sini kita melewati tol surabaya, porong dengan lumpurnya yang sering membuat kemacetan panjang. Lalu ke arah timur mulai dari Gempol, Bangil, hingga kota Pasuruan. Dari sini terus ke timur hingga kota Probolinggo.

Dari probolinggo menuju jember (kendaraan bergerak ke arah selatan), tarifnya 12rb. Waktu tempuh hampir 3 jam. Mendekati perbatasan Lumajang, akan kita temui bantaran sungai yang mengalir sepanjang tahun, dengan bermacam tanaman pertanian yang menghijau di sekitarnya, seperti tebu, padi, dan kelapa. Kita juga melewati Leces yang dikenal lewat salah satu BUMNnya, Kertas Leces. Setelah itu bertemu dengan perbatasan kab Lumajang yang ada di kecamatan. Setelah bertemu pintu gerbang ke kota lumajang, kendaraan bergerak ke timur menuju jember.

Jika sampai di terminal jember masih siang, bus berangkat ke banyuwangi tiap 5 menit. Biasanya di terminal pakusari ngetem hingga 10 menit. Padahal terminal ini hanya berjarak 15 menit dari terminal tawangalun dan sepi. Dari situ, bus bergerak ke arah timur. Dari surabaya hingga rute ini, perjalanan relatif datar, tanpa tanjakan ataupun turunan curam yang berarti.

Jalur Pendakian

Pendakian baru dimulai setelah lewat 15-an menit dari terminal pakusari dengan pemandangan kanan kiri yang cukup lebat dan hijau. Sepanjang mata memandang, ada tanaman kopi yang merupakan milik perkebunan ptpn, pinus, jati, dan banyak tanaman lain. Semakin mendaki, bagi yang pernah melewati Alas Roban di Batang Jateng atau Cadas Pangeran di Sumedang pasti teringat. Bedanya, jalurnya lebih sempit dan lebih panjang sekitar 1.5 s/d 2 kalinya. Begitu pula tingkat kecuraman konturnya dan kelebatan vegetasinya. Benar-benar harus berhati-hati karena kita bisa kesengsem oleh keindahan tumbuhan dan kelokan tajamnya. Padahal kendaraan lawan juga tidak sedikit.

Jalur pendakian Gunung Gumitir, Jember

Uniknya, di jalur tengkorak yang sangat terkenal dengan nama Gunung Gumitir ini, banyak penduduk lokal yang menyediakan bantuan seikhlasnya (biasa sambil diberi uang tetapi tidak memaksa). Bantuan dilakukan dengan memonitor lalu-lintas yang berada di titik rawan seperti tikungan tajam, sempit yang bisa juga merupakan kombinasi dengan kontur yang curam. Hampir sejam panjangnya jalur naik turun gunung gumitir ini. Dengan bus ekonomi, tarif Jember Banyuwangi adalah 18 ribu. Sebuah tarif yang cukup sepadan dengan jarak tempuh dan medan yang ada. Di akhir turunan gumitir terdapat terowongan kereta api tinggalan belanda yang masih berfungsi menghubungkan kereta jalur Surabaya – Banyuwangi.

Lepas dari medan curam ini, kita akan bertemu kecamatan Genteng, dll. Dengan lama perjalanan hampir 4 jam, (saya start dari jember jam 11.15 dan sampai jam 14.45), agak melelahkan juga. Apalagi tidak ada bus patas yang memiliki tempat duduk cukup nyaman. Jalur jember banyuwangi hanya dilayani oleh satu lajur jalan saja sehingga bila akan mendahului kendaraan di depannya, harus dipastikan tidak ada kendaraan dari depan yang melintas.

Sampai di Banyuwangi

Tiba di banyuwangi, ternyata bus dari jalur jember hanya sampai terminal brawijaya yang jaraknya juga masih jauh dari terminal pelabuhan Ketapang. Untuk menuju pelabuhan bisa menggunakan jasa angkutan kota (istilah jatimnya Lin) dan berganti dua kali. Tidak praktis memang. Bisa juga menggunakan ojek yang konon tarifnya 15 – 20 ribu. Nah pas kemarin saya bersama beberapa orag yang kebetulan bertujuan ke pelabuhan naik angkot langsung. Tarifnya Rp. 10 rb per-kepala. Lumayan daripada harus ganti angkutan apalagi berjalan kaki L yang ternyata memakan waktu lebih dari 15 menit dari terminal brawijaya ke pelabuhan ketapang.

Sampai di ketapang, sebenarnya masih ada keinginan untuk bisa sampai nyebrang ke Bali. Namun karena mengingat tubuh yang sudah hancur staminanya ide tersebut saya batalkan. Sebenarnya waktu tempuh jember banyuwangi ini di luar perkiraan saya. Dugaan saya paling maksimal 2 jam saja, ternyata malah 3.5 sd 4 jam. Hahaha. Perkiraan yang meleset jauh. Di Ketapang saya hanya istirahat sholat dan makan sore dengan menu ikan laut yang murah meriah. Ditambah aqua botol, makan cukup Rp. 6 ribu saja. Padahal rasanya tidak kalah dengan restoran.

Perjalan Rute Pantura (Banyuwangi – Situbondo – Probolinggo)

Perut sudah kenyang, sholat pun sudah ditegakkan. Saatnya pulang karena hari hampir gelap, padahal pingin tahu pantai sepanjang jalur utara. xxxxxxxxxxxxx xxxxxxxxxx, satu-satunya bus yang ada di saat saya mau berangkat, bergerak jam 16. Sayangnya hingga Bajulmati, sesaat sebelum mendaki alas Baluran, kecepatannya sangat pelan. Menurut GPS Garmin di C6625 saya hanya di kisaran 30 km/jam. Cilaka 12. Bisa-bisa tidak dapat pemandangan pantura. Ternyata benar, masuk waktu maghrib baru mulai mendaki Baluran. Dan ketika turun Karangteko yang sudah masuk kabupaten Situbondo hari sudah gelap total, maklum, sudah jam setengah tujuh.

Pemandangan pinggir pantai timur Banyuwangi,

banyak tumbuhan khas pantai, khususnya kelapa.

Alas Baluran merupakan salah satu hutan konservasi yang dimiliki Indonesia. Banyak hewan liar yang masih ada di sini, contohnya banteng. Dugaan saya, hutan ini agak luas, karena ketika melewatinya dibutuhkan waktu hampir sejam dengan kecepatan rata-rata 60 sd 70 km/jam. Salah satu aset yang harus dipertahankan dan diperluas.

Kota-kota selanjutnya saya lewati ketika sudah gelap. Namun sepanjang perjalanan saya amati cukup ramai lalu-lintasnya, mungin karena bertepatan dengan malam minggu. Adapun jalur utama pantura jawa ini umumnya hanya dilayani oleh satu lajur dengan lebar jalan yang tidak merata, ada yang agak leluasa jika akan mendahului maupun jalan yang agak sempit. Padahal idealnya, sebagai urat nadi transportasi utama Jawa dan menghubungkan dengan Bali dan Nusa Tenggara, haruslah dilayani dengan dua lajur yang cukup lebar seperti halnya jalur pantura Jateng bagian barat dan pantura Jabar. Entah apa yang menghalangi pemerintah untuk melebarkan jalur ini khususnya jalur Probolinggo – Situbondo – Banyuwangi.

Bus yang Menjengkelkan

Selain berjalan pelan hingga Bajulmati, setiap kali masuk di kota dengan penduduk ramai, bus pasti berjalan pelan. Padahal bila berjalan kencang, kalopun ada yang menyetop pasti terlihat. Di Karangteko, Asembagus, Situbondo, Besuki, dan Paiton bus sangat lambat. Bahkan di terminal Situbondo, bus ngetem lama, setengah jam lebih. Di Besuki juga ngetem 5 menit. Dan yang lebih berbahaya, ketika keluar dari kota-kota tersebut bus mulai ngebut bahkan ngawur. Dalam hati membayangkan, masih mending naik Sumber Kencono.

Kelakuan bis daerah timur ini cukup berbeda dengan bus jalur tengah (surabaya malang) maupun jalur barat selatan (surabaya madiun solo yogya) yang tidak kompromi dengan waktu. Akhirnya bus baru sampai di probolinggo sekitar jam 22. Lima jam lebih. Benar-benar cukup melelahkan dan menjengkelkan. Tapi harus bagaimana lagi. Belum lagi kehilangan momen melihat pemandangan pantura dengan pasir putihnya yang terlewat. Untuk perjalanan yang agak menjengkelkan ini, tarifnya Rp. 28 ribu dari Banyuwangi ke Probolinggo.

Di Probolinggo saya berganti bis yang akan ke surabaya. Tarifnya 12rb. Perjalanan agak mendebarkan. Maklum, sopirnya sudah agak tua, tetapi tidak sabaran dan sayangnya kurang lincah atau cekatan. Sering ketika harus mendahului menjadi kehilangan kesempatan karena kurang mengambil ke kanan, atau bahkan kurang kecepatannya. Dan ketika ada kendaraan yang terasa menghalangi, bukan mengandalkan skill goyangannya tapi malah mengklakson keras2. Bahkan sempat dimaki-maki pengemudi becak yang marah di pasuruan. Miris bener. Ibarat pepatah, nafsu besar tenaga kurang.

Yang agak merinding ketika di tol Porong – Waru. Karena kondisi hujan, jalan menjadi licin. Bus juga kurang stabil di lajurnya sehingga beberapa kali kandaraan lain yang mendahului hampir menyerempet. Sepertinya Pak sopir ini juga agak mengalami gangguan penglihatan malam. Bahaya kan… Tetapi, Alhamdulillah akhirnya tiba di terminal bungurasih jam 24.15. Sebuah perjalanan panjang yang melelahkan. Menurut perhitungan Garmin, jarak perjalanan kali ini sekitar 577 km.

Yang perlu diperhatikan

Jika memang berniat ke Banyuwangi, rute yang saya anjurkan supaya lebih cepat adalah jalur pantura. Dari surabaya waktu tempuh sekitar 6.5 jam. Berbeda dengan lewat jember yang bisa memakan waktu hingga 8.5 jam. Menggunakan kendaraan pribadi juga akan lebih mudah karena jalur tidak terlalu sulit seperti lewat jember.

Jika menggunakan bus umum, sebaiknya naik bus Patas yang akan mengurangi kepenatan selama perjalanan. Tarifnya diperkirakan berkisar Rp. 60 – 70 rb. Yang perlu dicermati adalah waktu keberangkatannya yang tidak se-fleksibel bus jalur tengah maupun barat yang selalu ada hampir 24 jam. Selain bus, ada juga kereta api yang hanya ada dua kali sehari sehingga menurut saya jadwalnya kurang fleksibel. Karena letak stasiun yang ada di tengah kota dan cukup jauh dari tempat tinggal saya menjadikannya bukan pilihan favorit.

Pengembangan Jalur Lintas Jawa

Sebagaimana sudah saya singgung di tulisan sebelumnya tentang transportasi, pembangunan prasarana transportasi, bahkan sekelas pulau jawa-pun hingga saat ini masih cukup memprihatinkan. Padahal sebagai pulau dengan jumlah penduduk 60 % penduduk indonesia, prasarana ini sangatlah vital. Belum lagi aset prasarana yang sebenarnya sudah dirintis jauh-jauh hari sebelum kemerdekaan, dengan adanya rute Anyer – Panarukan. Harusnya pemerintah dari pusat sampai daerah lebih cerdas lagi untuk mengembangkan baik kuantitas maupun kualitasnya. Tetapi, sepertinya harapan itu tidak dijalankan dengan benar. Idealnya, dari Merak Banten hingga Banyuwangi, jalur jalan raya minimal 2 lajur ke barat, dan 2 lajur ke timur. Padahal, kenyataannya masih didominasi satu lajur ke barat, dan satu lajur ke timur. Selain prasarana jalan raya, rel kereta api juga harus dikembangkan. Dari Merak hingga Banyuwangi, minimal harus dilayani oleh rel ganda sehingga ketika harus berpapasan dengan kereta lain, tidak harus berhenti.

Adapun untuk sarana angkutan transportasi, khususnya kereta api, seharusnya sudah tidak lagi dimonopoli oleh satu perusahaan. Ini dapat dilakukan dengan memisahkan operasional pengelolaan rel kereta dengan angkutan kereta menjadi perusahaan yang terpisah. Syukur-syukur bila dapat memasukkan pihak swasta sebagi pelaku operator angkutan kereta api. (SON)

24 Comments

  1. Aku sekarang lg di jember mau pylang ke jakarta kira kira naik apa untuk ke terminal bungurasib mengingat jadwal peberbangan jam 18

    Reply

  2. Assalamualaikum.
    Sy dari Lombok rencana mau ke Malang pakai sepeda motor tpi mau jalan-jalan dulu ke bromo sebelum ke malang.
    Mohon info perjalanan banyuwangi-bromo-malang, berapa lama waktu perjalanannya dan jalur mana yg lebih aman dan nyaman, rencana dari banyuwangi pagi subuh byr bisa lihat pemandangan dlm perjalanan.
    Mohon sarannya. Trmks.

    Reply

  3. wah ke banyuwangi cmn untuk jalan2.. aq pkir mampir dmn gtu.. trnyt lgsg balik lg sby.. g cpk tuh gan.. btw.. thanks infonya.. hr nie aq mo ke banyuwangi..

    Reply

  4. met siang,
    sy dr lampung, 14 des nanti insyaallah sy ada acara kelg ke banyuwangi. rencananya pake pesawat. berhub ini kali pertama ke sana, sbaiknya sy lwt surabaya atau bali???? mohon info jalur tercepat n plg mudah ke sana. krn tgl 17 des sy sdh hrs kembali ke lampung. terimakasih sblmnya….

    Reply

    1. kalo pake pesawat, ada merpati surabaya – banyuwangi. tarifnya mulai dr 300 ribu. nggak tau sehari brp kali, silahkan lihat di webnya.

      klo naik darat (bus/travel) waktu tempuhnya ke sby / denpasar cukup berimbang sepertinya.
      trus kalo pswt surabaya-jkt dgn denpasar-jkt tentu lebih banyak & murah yg dari surabaya to.

      Reply

  5. slamat siang,,,
    saya boleh minta info bus apa aja yang berangkat dr semarang ke banyuwangi,,, yang langsung, g pake transit atau ganti bus di surabaya,,,
    kalo tidak bis apa saja yg dari semarang ke bali…

    Reply

  6. salam. saya dari malaysia ingin ziarah semarang , demak, kudus, seterusnya ke pondok gontor di ponorogo dan akhirnya ke pesantren persis bangil pada 30 oktober hingga 6 november 2012.

    Dari Kuala Lumpur , mungkin saya turun di Semarang atau Jogja. Bagaimanakah yang paling bagus ittinary nya. cadangan saya:

    1. Jogja ke semarang , ada direct bis ke? kalau ada termnal nya di mana dan berapa ongkosnya? ada kereta ke dari jogja ke semarang?
    2. Semarang Demak dan Kudus naik bis ke?
    3. Dari Kudus ke Ponorogo ada bis ke?
    4. Bagaimana kalau dari Kudus ke Solo, kemudian dari Solo ke pondok Gontor di Ponorogo dan dari ponorogo ke persis bangil? Mana yang paling bagus rutenya.

    Sekian makasih. wassalaam

    Reply

    1. Terima kasih sudah berkunjung.
      1. Jogja – Semarang ada bus langsung, sepertinya kelas Executive juga ada. tarif masih terjangkau, di bawah RP. 100 ribu, mungkin malah hanya 50-an rb karena tidak terlalu jauh (sekitar 2-3 jam).
      Terminal Yogya di Giwangan, kalau naik taksi sekitar 30 menit dari airport Yogya.

      Terminal Semarang di Terboyo, semarang timur. sekitar 30 menit dari airport Semarang.

      Mungkin yang paling pas malah Malaysia -> Semarang sehingga tidak terlalu makan waktu lama.

      Dari Semarang ke Demak sekitar 30 -45 menit, cukup dekat sekitar 30 km. Banyak bus ekonomi dari semarang.

      Demak -> kudus juga sekitar 30 – 60 menit, tidak jauh.
      Kalau mau ke Ponorogo, lebih baik balik arah kembali ke semarang (misalkan dari kudus). Naik bus patas jurusan Solo disambung ke Madiun atau Ekonomi AC jurusan Madiun, turun di Madiun, lalu naik Bus ke Ponorogo. Tidak ada bus langsung dari Semarang ke Ponorogo atau dari Kudus ke Ponorogo.

      Dari terminal Ponorogo sebaiknya nyarter / sewa kendaraan supaya lebih fleksibel karena Pondok Gontor adanya di sebelah selatan/timur ponorogo, dan kendaraan umum banyak yang berhenti menunggu penumpang penuh.

      Ke arah Bangil, kalau dari ponorogo naik bus ke Surabaya, turun di term. surabaya bungurasih. Yg Patas ada, tarif sekitar rp.50 ribu, waktu tempuh 4 – 5 jam. Lalu disambung ke Bangil Pasuruan naik bus yang ke arah Probolinggo, turun di Bangil. Tanya dulu pesantren Persis sebelum turun. waktu tempuh 1 – 2 jam. Tarif sekitar 30 ribu kalau Patas. yg ekonomi jauh lebih murah.

      Pulang ke Malaysia bisa lewat surabaya. ada bus Damri dari terminal Surabaya ke airport, tarif Rp. 15 rb, waktu tempuh 20 – 30 menit.

      catatan : alternatif angkutan umum yang saya tuliskan adalah menggunakan bus umum, dengan mempertimbangkan jadwal operasional kendaraan tersebut, serta tarif.

      Idealnya minimal ditempuh 3 hari perjalanan supaya bisa beristirahat.

      Reply

      1. salam. terima kasih tentang info yang di berikan. maaf kerana lambat membalas mesej. sebetulnya saya pulang ke desa untuk menyambut `eidul adha dan di desa tiada jalur internet.

        saya udah beli tiket pesawat ,esok 31 Oktober saya akan bertolak ke Bandung , sampai bandung jam 1545. Dari airport Bandung saya terus ke station kereta untuk ke semarang, sampai semarang 1 november jam 0600 siang. Tanggal 6 November jam 1800 saya naik pesawat dari Surabaya ke Bandung. Tanggal 8 November jam 0830 dari Bandung ke Kuala Lumpur.

        Jadi saya hanya punya masa 5 hari untuk melawat Semarang, Demak, Kudus , Jogja (mungkin Solo), pondok Gontor (bermalam) , Bangil dan Surabaya iatu dari tanggal 1 November hingga 5 November kerna 6 November jam 6 sore saya naik pesawat dari Surabaya ke Bandung.

        Saya enggak tahu masanya mencukupi atau tidak. kalau mas ingin bantu saya untuk ittineri nya bagus sekali .

        Terima kasih. wassalaam

      2. masih cukup kok waktunya. hanya urutannya saja perlu dikoreksi. semarang – demak – kudus – semarang – yogya – solo – madiun – ponorogo gontor – surabaya – bangil – surabaya

        adapun cara menuju masing2 kota dapat mengikuti balasan saya sebelumnya.

  7. insyaAlloh sabtu 22 september 2012 sy ke banyuwangi. dari bungur malam hari, sekitar jam9 malam. apa saat ini sudah banyak bis patas SBY-Banyuwangi?
    karena sy tidak nyaman jika hanya sampai jmber kemudian ganti bis ekonomi, karena sy pernah ke banyuwangi dr jember naik bis ekonomi, muntah2 dan pusiiingggg
    mohon bantuannya

    Reply

  8. jalur sub-bwi memang lbh cpet lewat situbondo cak..tpi klo pas peak season, org lbh prefer pake jalur selatan..ambil patas dari bungur ke jmber, bis ini berngkat tiap stengah jam..trus dri jember kontak aq, ntar aq anterin ke bwi via gumitir..skalian mampir di rest area gumitir, dg sajian khas pisang keju coklat ma kopi luwak..he.he..

    Reply

Leave a reply to neko Cancel reply